BungaQQ

Jumat, 17 Maret 2017

selingkuh di villa part.1

Kisah ini terjadi saat 3 bulan yang lalu dimana aku bertemu dengan Lukman yang mana dia anak dari tante Ve, teman mamaku aku dapat info seperti itu saat aku pulang dari Swedia mamaku langsung memanggilku dan mengajak berkenalan dengan tante Ve dan anaknya kita berempat betah ngobrol kesana kesini.
Sesaat penampilan Lukman menyita perhatianku karena dia sangat modis aku yakin dia juga masih muda malah umurnya dibawhku 3 tahun dia berumur 24 tahun sedangkan aku 27 tahun, tubuhnya yang tinggi dan kekar membuat aku tergoda melihatnya, pasti dia suka olahraga karena tubuhnya yang atletis.

3 hari setelah itu, Mama minta tolong aku ke rumah tante Ve utk antarkan sebuah berkas. Kebetulan aku jg harus keluar, ada urusan, jadi sekalian lah aku antarkan berkas itu dulu ke rumah tante Ve di bilangan Kemang.

Rumah tante Ve etnis sekali, tidak terlalu besar tapi landscape-nya dibuat sedemikian rupa hingga terlihat luas. Bangunannya dibuat dng bata expose tanpa dikapurin lagi sedangkan interiornya mayoritas menggunakan bahan kayu.

Perfect, just like a house I dream on. Cukup sekali aku mengebel pintu rumahnya kemudian seseorang membukakan pintu. Lukman tiba2 sudah berdiri di hadapan ku sambil tersenyum.

“Hey. Pasti mau cari Nyokap deh.” katanya

“Iya. Ada?” tanya ku sambil membalas senyumnya,

“Lagi keluar. Masuk dulu deh, Val.” pintanya dan aku mengikutinya untuk sekedar berbincang sebentar.

Sekali lagi dia menarik perhatian ku, siang itu dia pakai celana basket dan baju buntung warna putih. Makin bening aja, pikir ku.

Dari obrolan singkat kami, aku akhirnya tau umurnya 24th., anak pertama dari 3 bersaudara, kuliah di salah satu Perguruan Tinggi Swasta di Jakarta dan sedang menyusun tugas akhirnya di bidang Hukum.

Dari cara bicaranya, Lukman keliatan punya pendirian kuat walaupun pembawaannya santai dan justru kehangatannya itulah yg membuatnya menarik.

Hanya sekitar ½ jam aku bertamu di rumahnya krn kemudian aku harus pergi mengurus urusan ku lainnya… so goodbye Andi… nice talking with you, pikir ku sambil melajukan kendaraan ku menjauh dari rumahnya.

Entah ada proyek apa antara tante Ve dan Mama, mereka sering terlihat bersama, saling mengunjungi sambil membicarakan segala hal sehubungan dengan pekerjaan.

Dengan seringnya pertemuan para ibu2 itu, aku pun jadi sering bertemu dengan Lukman yg juga sering mengantar Mama-nya ke sana-sini. Makin seringnya kami bertemu dan ngobrol, sedikit banyaknya membuat kami bisa lebih akrab satu sama lain, tentunya dalam batasan2 yg wajar.

Hingga pada suatu malam di akhir pekan, tepatnya malam Minggu, aku dijemput Gerry (cowok yg sedang dekat dengan aku) utk pergi bersama ke salah satu café & pup di bilangan Taman Ria Senayan, kebetulan malam itu salah seorang teman kami ada yg berulangtahun dan merayakannya di sana.

Jam 9 malam kami sampai dan langsung bergabung dgn yg lainnya. Makin larut, suasana pub makin gemerlap tentunya. Lagu2 yg dipasang juga makin bernuansa deep house.

Saat itu sudah hampir tengah malam, suasana hatiku sudah mulai tidak menyenangkan karna Gerry, yg ceritanya teman kencan ku, terlihat asyik menggoda dan berusaha mendekati salah seorang teman wanita ku.

Belum lagi kepalaku sudah sedikit pusing karna minuman alkhohol. Benar-benar malam yg tidak mengasyikkan, pikir ku.

Saat teman2 sedang heboh bercanda dan bergoyang, aku membalikkan tubuh ku ke meja bar untuk memesan satu minuman lagi tapi seketika itu… di ujung meja bar ada seseorang yg sedang menatap lekat2 ke arah ku sambil memangku tangannya ke meja bar.

Tidak mungkin aku tidak mengenalnya, lampu2 di sekitar bar pun terang benderang hingga mampu mengenali siapa pun yg berada dekat situ.

Dia tersenyum simpul saat aku melihatnya dan tanpa memberi kode apa2, dia berjalan mendekat ke arah ku.

“Sama siapa ke sini?”,

“Samaaaa… tuh!” jawabku sambil menunjuk ke arah Gerry yg sedang berbincang akrab dgn perempuan lain.

“Cowok kamu?”, “Bukan. Temen.”, Lukman tersenyum mendengar jawaban ku yg terdengar seadanya.

Thank God ada Lukman yg tidak sengaja ku temui di sana, dia bersama teman2nya jg rupanya, tp sekitar pukul ½ 1 teman2nya pergi utk pindah lokasi sedangkan dia memilih utk tinggal sambil menemani ku.

Jam sudah menunjukkan pukul 1 pagi saat ku bilang pada salah seorang teman yg duduk di samping ku:

“Loe mau pulang jam berapa sih?”… belum sempat teman ku menjawab Lukman sudah menimpali:

“Mau pulang? Ayo.

Aku anterin kamu.”.

Hanya butuh berpikir selama beberapa detik sampai akhirnya aku menyetujuinya. Tapi saat aku sudah bergegas utk meninggalkan tempat tiba2 Gerry menarik tangan ku:

“Mau kemana kamu, Val??” tanyanya sambil menatap Lukman juga,

“Mau pulang. Knapa?”,

“Kamu kan pergi sama aku.”.

“Oiya aku lupa. Tp bukan berarti aku harus pulang sama kamu kan?!” jawab ku sambil melepas genggaman tangannya dan pergi, Lukman mengikuti ku dr belakang.

Perjalanan ke rumah ku sebenarnya bisa ditempuh 30 menit saja dari Taman Ria Senayan, tp malam itu Lukman menjalankan mobilnya dgn santai.

Kami tidak terlalu banyak bicara, entah lah, sibuk dgn pikiran masing2 kayaknya. Kalo aku berpikir, Lukman mengapa begitu menarik dengan segala macam gaya dan perlakuannya kepada ku, tapi ya ampun… umurnya di bawah ku 4th.

Dia bertanya soal Gerry, seakan ingin menegaskan siapa Gerry itu untuk ku. Aku bilang padanya bahwa kami hanya sekedar teman, tidak lebih, memang dia seakan sedang mendekatkan diri, tp aku tidak menanggapinya dgn serius.

“Trus kenapa kamu keliatan bete tadi pas dia deketin cewek lain?” tanyanya sembari bercanda.

“Liat laki2 macem itu selalu bikin aku bete koq, nggak tau aturan aja.” jawabku yg disertai dng tawa kecilnya.

Sampai lah di depan rumah ku. Lukman memarkir mobilnya seperti biasa, masuk ke wilayah garasi rumah ku yg terbuka dan di batasi oleh tanaman2 yg tinggi.

“Kamu bawa kunci rumah?”,

“Bawa.” jawabku sambil membongkar tas, dan aku terkejut saat kulihat tangan Lukman menggapai tas ku seakan ingin menghalangi.

Aku menatapnya perlahan, seakan sedang meraba-raba apa yg akan dia kerjakan selanjutnya. Dia mendekatkan diri, aku membuang muka ke kiri, menolak dia mencium bibirku, tp ternyata dia malah mencium leher ku hingga tubuh ku merinding dan gelinya sampai ke perut ku.

“Ndi… ?!” desahku, terus terang, hanya dengan begitu aku sudah horny dibuatnya, tp ampun… masak sama Lukman?? Tas ku diraihnya dan di taruh di bawah kursi seraya dia tetap menciumi leher ku.

Tangan ku meraba kepalanya, mengelus rambutnya yg sedikit ikal. Aku sudah makin masa bodo dgn perbedaan umur kami, habis… apa yg Lukman buat benar2 sexy.

Aku juga tidak perduli dng permainan di mobil ini krn garasi ku cukup terpisah dng jalan besar dan tanaman2 hijau di sekitarnya cukup membuat lokasi pergumulan ini jadi aman dari intipan orang sedangkan orang rumah pun pasti sudah terlelap pada jam itu.

Lukman menciumi leher ku, belakang telinga ku, kemudian dgn sangat hangat dia mencium bibir ku. Tangan kanannya sambil memegangi leher ku sedangkan tangan kiriku memegang tangannya yg kokoh.

Lidahnya menyapu bibir ku perlahan-lahan sambil kadang memandang ku sesaat dan tersenyum. Gosh, he is so romantic and sexy. Tiba2 dia melumat bibir ku dan meremas payudara ku sambil mendekap pinggang ku lebih erat ke arahnya.

“Uuugh… sssh Val, pindah belakang yuk…” ajaknya dan stlh itu kami pindah ke backseat mobil Bleazer-nya, mengatur posisi dan kursi depan sebentar kemudian melanjutkan pergumulan kami kembali.

Aku mengambil posisi dipangkuan Lukman, saat itu aku sudah benar2 horny dan yg ada di otak ku hanya “fuck”, “fuck” and “fuck” with this sexy guy.

Aku melumat bibirnya sesuka ku sambil mengoyangkan pinggul ku supaya merasakan gesekan2 penisnya di vagina ku, sedangkan Lukman sambil membuka kancing kemeja ku, dng sekejab payudara ku sudah membumbul keluar dng bra yg sudah tidak terikat lagi.

Lukman meremas payudara ku dengan tangan kanannya sambil menghisap dan menggigit2 kecil daging2 yg ada di sekeliling putting susu ku. Rok ku sudah terangkat setinggi pangkal paha ku, sehingga Lukman pun dng mudah meraba pantat ku dan memasukkan tangannya ke dalam celana dalam ku.

Aku masih sambil menggoyangkan pinggul ku sampai akhirnya terhenti saat aku rasakan jari2 tangannya sudah meraba bibir vagina ku dari arah belakang. Itu membuat ku makin terangsang, apalagi saat jarinya mengelus perlahan bibir vagina ku, mencelupkan jarinya sedikit, hingga aku makin basah saja.

Penis Lukman sudah terasa sangat menegang dan keras. Aku beranjak hendak duduk di sebelahnya dan ingin menghisap penisnya tapi Lukman menahan paha ku: “Nggak usah Val, langsung masukin aja ya?!” aku hanya mengangguk dan berdiri sedikit krn Lukman mau membuka celananya.

Belum tuntas dia melucuti celananya sampai ke kaki, aku sudah kembali menggesek2an vagina ku ke penisnya yg sudah sangat menegang.

Lukman kemudian kembali melumat bibir ku sambil meremas pantat ku. Jari tangan kanannya kembali membuat gerakan memutar di seputar vagina ku,

“Udah basah banget kamu.” katanya sambil sesekali mencelup2kan jarinya ke lubang vagina ku. Dan akhirnya terjadilah.

Lukman memegang penisnya yg langsung di tujukan ke liang vagina ku. Saat kepala penisnya menyentuh bibir vagina ku saja, aku sudah menggeliat, perlahan Lukman memasukkannya lebih dalam.

“Oooooogghhh… Ndiiii…” desah ku keenakan, “Uuuuugh… enak Val?” tanyanya sambil memandang ku dng katup mata setengah tertutup,

“He eh… uuuuugh…” . Perlahan penisnya keluar masuk di vagina ku, setelah puas menggerakan pinggulnya tiba lah giliran ku nenikmati persetubuhan itu dgn cara ku.

Sambil menciuminya aku menggerakkan pinggul ku naik turun dan sesekali ku tekan hingga seluruh bagian penisnya masuk dan kemudian ku buat gerakan memutar.

Lukman menggerang keenakan sambil menengadahkan kepalanya. Kedua tangannya ikut membimbing pinggul ku utk bergerak, kadang dia remas karna gemas dan keenakan. Desahan Lukman membuat ku makin menikmatinya.

Kemudian tangan Lukman meraba pantat ku makin ke belakang, mencari lubang dubur ku yg terhimpit di tengah belahan pantat ku. Aku membantunya dng membuka belahan itu dng kedua tangan ku sembari masih tetap bergoyang di atas pangkuannya serta menciuminya sesekali.

Lukman meraba lubang pantat ku dng jari tengahnya, membuat gerakan memutar di atasnya dan sesekali dia tekan.

Dia basahi dng ludahnya yg sengaja dia lepehkan di jari tangannya, uuugh… rasanya nikmat sekali hingga akhirnya dia makin menekannya dan akhirnya jari tangannya masuk ke dalam lubang pantat ku.

“Ooooogghhhi..” desah ku ke enakan, menikmati jari tangannya yg keluar masuk di lubang pantat ku dan penisnya di vagina ku.

Lukman semakin menggila, dng lengannya yg kokoh dia menjepit tubuhku hingga aku sulit bergerak lagi dan tangan kanannya merambah payudaraku serta meremas sambil menciumi dan menjilatinya dengan ganas.

Aku memang di atas pangkuannya tp kali ini Lukman yg sedang memainkan peranannya. Pantatnya bergoyang maju mundur sembari menjepit tubuhku. Penisnya keluar masuk di vagina ku, dorongannya makin lama makin kuat dan kencang.

Jari tangannya jg bergerak makin kencang dan makin ke dalam lubang pantat ku. Kami berdua sama2 menggerang keenakan. Sesekali dia mengeluarkan kata2 jorok, tp aku suka… “Uuuuugh… Vally… memek kamu enak.

Kamu aku entotin Sayaaang… Ahh”.

Erangannya makin terdengar jelas, aku pun demikian hingga akhirnya yg kurasakan aku mau klimaks.

“uugh… aku mau keluar.”,

“Keluarin aja Sayang, aku juga nih.” Lukman mendekap ku makin kencang, aku menekan penisnya lebih dalam lagi di vagina ku sedangkan Lukman mendorong penisnya agar masuk semua tanpa tersisa.

Pantatnya berputar-putar… ooogh rasasnya nikmat sekali… jarinya juga berputar-putar dan keluar masuk di lubang anus ku.

“Ndii… aagh… mau keluar… aaaaaghh… aaaaaaagh…” hingga akhirnya kami sama2 mencapai klimaks. Rambutnya ku remas sedangkan dia meremas pantat ku kencang sekali. “Aaaaaaaaaaarrgghhhh…..!!!”

Tubuh kami melemas, peluh membasahi seluruh tubuh. Sesaat dia tersadar: “Nggak pa’pa aku keluarin di dalem?”, aku tertawa kecil:

“Nggak pa’pa. Beberapa hari lagi aku mens koq.” dan dia pun tersenyum.

“Kayaknya kontol ku berdiri lagi deh.”,

“Andiiii!!!!” teriak ku sambil memukulinya, dia tertawa puas krn berhasil menggoda ku.

Setelah beberapa menit istirahat dan mengumpulkan tenaga, akhirnya kami membersihkan diri seadanya, mengenakan kembali pakaian kami dan kembali duduk di tempat semula.

Malam itu akhirnya aku baru masuk ke rumah sekitar pukul 3:30 pagi. Membersihkan diri sebentar di kamar mandi dan terbaring lemas di tempat tidur ku.

“Apa yg baru ku lakukan?” pikir ku.

Aku bersetubuh dng Lukman, anaknya tante Ve, yg umurnya 4th lebih muda dari ku. Tapi ampun, sungguh sulit utk menolak sosok sesexy Lukman.

Tubuhnya hampir sempurna, lekukan ototnya begitu sexy, dan bahasa tubuhnya selama dia menikmati permainan itu pun sungguh menggairahkan. Entah apa yg akan terjadi selanjutnya. Kemudian aku menutup mataku dan terlelap. Sungguh, itu adalah hari yg cukup mengejutkan.
Bersambung….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar