Kisah ini terjadi saat 3 bulan yang lalu dimana aku bertemu dengan
Lukman yang mana dia anak dari tante Ve, teman mamaku aku dapat info
seperti itu saat aku pulang dari Swedia mamaku langsung memanggilku dan
mengajak berkenalan dengan tante Ve dan anaknya kita berempat betah
ngobrol kesana kesini.
Sesaat penampilan Lukman menyita
perhatianku karena dia sangat modis aku yakin dia juga masih muda malah
umurnya dibawhku 3 tahun dia berumur 24 tahun sedangkan aku 27 tahun,
tubuhnya yang tinggi dan kekar membuat aku tergoda melihatnya, pasti dia
suka olahraga karena tubuhnya yang atletis.
3 hari setelah itu, Mama minta tolong
aku ke rumah tante Ve utk antarkan sebuah berkas. Kebetulan aku jg harus
keluar, ada urusan, jadi sekalian lah aku antarkan berkas itu dulu ke
rumah tante Ve di bilangan Kemang.
Rumah tante Ve etnis sekali, tidak
terlalu besar tapi landscape-nya dibuat sedemikian rupa hingga terlihat
luas. Bangunannya dibuat dng bata expose tanpa dikapurin lagi sedangkan
interiornya mayoritas menggunakan bahan kayu.
Perfect, just like a house I dream on.
Cukup sekali aku mengebel pintu rumahnya kemudian seseorang membukakan
pintu. Lukman tiba2 sudah berdiri di hadapan ku sambil tersenyum.
“Hey. Pasti mau cari Nyokap deh.” katanya
“Iya. Ada?” tanya ku sambil membalas senyumnya,
“Lagi keluar. Masuk dulu deh, Val.” pintanya dan aku mengikutinya untuk sekedar berbincang sebentar.
Sekali lagi dia menarik perhatian ku,
siang itu dia pakai celana basket dan baju buntung warna putih. Makin
bening aja, pikir ku.
Dari obrolan singkat kami, aku akhirnya
tau umurnya 24th., anak pertama dari 3 bersaudara, kuliah di salah satu
Perguruan Tinggi Swasta di Jakarta dan sedang menyusun tugas akhirnya di
bidang Hukum.
Dari cara bicaranya, Lukman keliatan
punya pendirian kuat walaupun pembawaannya santai dan justru
kehangatannya itulah yg membuatnya menarik.
Hanya sekitar ½ jam aku bertamu di
rumahnya krn kemudian aku harus pergi mengurus urusan ku lainnya… so
goodbye Andi… nice talking with you, pikir ku sambil melajukan kendaraan
ku menjauh dari rumahnya.
Entah ada proyek apa antara tante Ve dan
Mama, mereka sering terlihat bersama, saling mengunjungi sambil
membicarakan segala hal sehubungan dengan pekerjaan.
Dengan seringnya pertemuan para ibu2
itu, aku pun jadi sering bertemu dengan Lukman yg juga sering mengantar
Mama-nya ke sana-sini. Makin seringnya kami bertemu dan ngobrol, sedikit
banyaknya membuat kami bisa lebih akrab satu sama lain, tentunya dalam
batasan2 yg wajar.
Hingga pada suatu malam di akhir pekan,
tepatnya malam Minggu, aku dijemput Gerry (cowok yg sedang dekat dengan
aku) utk pergi bersama ke salah satu café & pup di bilangan Taman
Ria Senayan, kebetulan malam itu salah seorang teman kami ada yg
berulangtahun dan merayakannya di sana.
Jam 9 malam kami sampai dan langsung
bergabung dgn yg lainnya. Makin larut, suasana pub makin gemerlap
tentunya. Lagu2 yg dipasang juga makin bernuansa deep house.
Saat itu sudah hampir tengah malam,
suasana hatiku sudah mulai tidak menyenangkan karna Gerry, yg ceritanya
teman kencan ku, terlihat asyik menggoda dan berusaha mendekati salah
seorang teman wanita ku.
Belum lagi kepalaku sudah sedikit pusing karna minuman alkhohol. Benar-benar malam yg tidak mengasyikkan, pikir ku.
Saat teman2 sedang heboh bercanda dan
bergoyang, aku membalikkan tubuh ku ke meja bar untuk memesan satu
minuman lagi tapi seketika itu… di ujung meja bar ada seseorang yg
sedang menatap lekat2 ke arah ku sambil memangku tangannya ke meja bar.
Tidak mungkin aku tidak mengenalnya,
lampu2 di sekitar bar pun terang benderang hingga mampu mengenali siapa
pun yg berada dekat situ.
Dia tersenyum simpul saat aku melihatnya dan tanpa memberi kode apa2, dia berjalan mendekat ke arah ku.
“Sama siapa ke sini?”,
“Samaaaa… tuh!” jawabku sambil menunjuk ke arah Gerry yg sedang berbincang akrab dgn perempuan lain.
“Cowok kamu?”, “Bukan. Temen.”, Lukman tersenyum mendengar jawaban ku yg terdengar seadanya.
Thank God ada Lukman yg tidak sengaja ku
temui di sana, dia bersama teman2nya jg rupanya, tp sekitar pukul ½ 1
teman2nya pergi utk pindah lokasi sedangkan dia memilih utk tinggal
sambil menemani ku.
Jam sudah menunjukkan pukul 1 pagi saat ku bilang pada salah seorang teman yg duduk di samping ku:
“Loe mau pulang jam berapa sih?”… belum sempat teman ku menjawab Lukman sudah menimpali:
“Mau pulang? Ayo.
Aku anterin kamu.”.
Hanya butuh berpikir selama beberapa
detik sampai akhirnya aku menyetujuinya. Tapi saat aku sudah bergegas
utk meninggalkan tempat tiba2 Gerry menarik tangan ku:
“Mau kemana kamu, Val??” tanyanya sambil menatap Lukman juga,
“Mau pulang. Knapa?”,
“Kamu kan pergi sama aku.”.
“Oiya aku lupa. Tp bukan berarti aku
harus pulang sama kamu kan?!” jawab ku sambil melepas genggaman
tangannya dan pergi, Lukman mengikuti ku dr belakang.
Perjalanan ke rumah ku sebenarnya bisa
ditempuh 30 menit saja dari Taman Ria Senayan, tp malam itu Lukman
menjalankan mobilnya dgn santai.
Kami tidak terlalu banyak bicara, entah
lah, sibuk dgn pikiran masing2 kayaknya. Kalo aku berpikir, Lukman
mengapa begitu menarik dengan segala macam gaya dan perlakuannya kepada
ku, tapi ya ampun… umurnya di bawah ku 4th.
Dia bertanya soal Gerry, seakan ingin
menegaskan siapa Gerry itu untuk ku. Aku bilang padanya bahwa kami hanya
sekedar teman, tidak lebih, memang dia seakan sedang mendekatkan diri,
tp aku tidak menanggapinya dgn serius.
“Trus kenapa kamu keliatan bete tadi pas dia deketin cewek lain?” tanyanya sembari bercanda.
“Liat laki2 macem itu selalu bikin aku bete koq, nggak tau aturan aja.” jawabku yg disertai dng tawa kecilnya.
Sampai lah di depan rumah ku. Lukman
memarkir mobilnya seperti biasa, masuk ke wilayah garasi rumah ku yg
terbuka dan di batasi oleh tanaman2 yg tinggi.
“Kamu bawa kunci rumah?”,
“Bawa.” jawabku sambil membongkar tas, dan aku terkejut saat kulihat tangan Lukman menggapai tas ku seakan ingin menghalangi.
Aku menatapnya perlahan, seakan sedang
meraba-raba apa yg akan dia kerjakan selanjutnya. Dia mendekatkan diri,
aku membuang muka ke kiri, menolak dia mencium bibirku, tp ternyata dia
malah mencium leher ku hingga tubuh ku merinding dan gelinya sampai ke
perut ku.
“Ndi… ?!” desahku, terus terang, hanya
dengan begitu aku sudah horny dibuatnya, tp ampun… masak sama Lukman??
Tas ku diraihnya dan di taruh di bawah kursi seraya dia tetap menciumi
leher ku.
Tangan ku meraba kepalanya, mengelus
rambutnya yg sedikit ikal. Aku sudah makin masa bodo dgn perbedaan umur
kami, habis… apa yg Lukman buat benar2 sexy.
Aku juga tidak perduli dng permainan di
mobil ini krn garasi ku cukup terpisah dng jalan besar dan tanaman2
hijau di sekitarnya cukup membuat lokasi pergumulan ini jadi aman dari
intipan orang sedangkan orang rumah pun pasti sudah terlelap pada jam
itu.
Lukman menciumi leher ku, belakang
telinga ku, kemudian dgn sangat hangat dia mencium bibir ku. Tangan
kanannya sambil memegangi leher ku sedangkan tangan kiriku memegang
tangannya yg kokoh.
Lidahnya menyapu bibir ku perlahan-lahan
sambil kadang memandang ku sesaat dan tersenyum. Gosh, he is so
romantic and sexy. Tiba2 dia melumat bibir ku dan meremas payudara ku
sambil mendekap pinggang ku lebih erat ke arahnya.
“Uuugh… sssh Val, pindah belakang yuk…”
ajaknya dan stlh itu kami pindah ke backseat mobil Bleazer-nya, mengatur
posisi dan kursi depan sebentar kemudian melanjutkan pergumulan kami
kembali.
Aku mengambil posisi dipangkuan Lukman,
saat itu aku sudah benar2 horny dan yg ada di otak ku hanya “fuck”,
“fuck” and “fuck” with this sexy guy.
Aku melumat bibirnya sesuka ku sambil
mengoyangkan pinggul ku supaya merasakan gesekan2 penisnya di vagina ku,
sedangkan Lukman sambil membuka kancing kemeja ku, dng sekejab payudara
ku sudah membumbul keluar dng bra yg sudah tidak terikat lagi.
Lukman meremas payudara ku dengan tangan
kanannya sambil menghisap dan menggigit2 kecil daging2 yg ada di
sekeliling putting susu ku. Rok ku sudah terangkat setinggi pangkal paha
ku, sehingga Lukman pun dng mudah meraba pantat ku dan memasukkan
tangannya ke dalam celana dalam ku.
Aku masih sambil menggoyangkan pinggul
ku sampai akhirnya terhenti saat aku rasakan jari2 tangannya sudah
meraba bibir vagina ku dari arah belakang. Itu membuat ku makin
terangsang, apalagi saat jarinya mengelus perlahan bibir vagina ku,
mencelupkan jarinya sedikit, hingga aku makin basah saja.
Penis Lukman sudah terasa sangat
menegang dan keras. Aku beranjak hendak duduk di sebelahnya dan ingin
menghisap penisnya tapi Lukman menahan paha ku: “Nggak usah Val,
langsung masukin aja ya?!” aku hanya mengangguk dan berdiri sedikit krn
Lukman mau membuka celananya.
Belum tuntas dia melucuti celananya
sampai ke kaki, aku sudah kembali menggesek2an vagina ku ke penisnya yg
sudah sangat menegang.
Lukman kemudian kembali melumat bibir ku
sambil meremas pantat ku. Jari tangan kanannya kembali membuat gerakan
memutar di seputar vagina ku,
“Udah basah banget kamu.” katanya sambil sesekali mencelup2kan jarinya ke lubang vagina ku. Dan akhirnya terjadilah.
Lukman memegang penisnya yg langsung di
tujukan ke liang vagina ku. Saat kepala penisnya menyentuh bibir vagina
ku saja, aku sudah menggeliat, perlahan Lukman memasukkannya lebih
dalam.
“Oooooogghhh… Ndiiii…” desah ku keenakan, “Uuuuugh… enak Val?” tanyanya sambil memandang ku dng katup mata setengah tertutup,
“He eh… uuuuugh…” . Perlahan penisnya
keluar masuk di vagina ku, setelah puas menggerakan pinggulnya tiba lah
giliran ku nenikmati persetubuhan itu dgn cara ku.
Sambil menciuminya aku menggerakkan
pinggul ku naik turun dan sesekali ku tekan hingga seluruh bagian
penisnya masuk dan kemudian ku buat gerakan memutar.
Lukman menggerang keenakan sambil
menengadahkan kepalanya. Kedua tangannya ikut membimbing pinggul ku utk
bergerak, kadang dia remas karna gemas dan keenakan. Desahan Lukman
membuat ku makin menikmatinya.
Kemudian tangan Lukman meraba pantat ku
makin ke belakang, mencari lubang dubur ku yg terhimpit di tengah
belahan pantat ku. Aku membantunya dng membuka belahan itu dng kedua
tangan ku sembari masih tetap bergoyang di atas pangkuannya serta
menciuminya sesekali.
Lukman meraba lubang pantat ku dng jari tengahnya, membuat gerakan memutar di atasnya dan sesekali dia tekan.
Dia basahi dng ludahnya yg sengaja dia
lepehkan di jari tangannya, uuugh… rasanya nikmat sekali hingga akhirnya
dia makin menekannya dan akhirnya jari tangannya masuk ke dalam lubang
pantat ku.
“Ooooogghhhi..” desah ku ke enakan, menikmati jari tangannya yg keluar masuk di lubang pantat ku dan penisnya di vagina ku.
Lukman semakin menggila, dng lengannya
yg kokoh dia menjepit tubuhku hingga aku sulit bergerak lagi dan tangan
kanannya merambah payudaraku serta meremas sambil menciumi dan
menjilatinya dengan ganas.
Aku memang di atas pangkuannya tp kali
ini Lukman yg sedang memainkan peranannya. Pantatnya bergoyang maju
mundur sembari menjepit tubuhku. Penisnya keluar masuk di vagina ku,
dorongannya makin lama makin kuat dan kencang.
Jari tangannya jg bergerak makin kencang
dan makin ke dalam lubang pantat ku. Kami berdua sama2 menggerang
keenakan. Sesekali dia mengeluarkan kata2 jorok, tp aku suka… “Uuuuugh…
Vally… memek kamu enak.
Kamu aku entotin Sayaaang… Ahh”.
Erangannya makin terdengar jelas, aku pun demikian hingga akhirnya yg kurasakan aku mau klimaks.
“uugh… aku mau keluar.”,
“Keluarin aja Sayang, aku juga nih.”
Lukman mendekap ku makin kencang, aku menekan penisnya lebih dalam lagi
di vagina ku sedangkan Lukman mendorong penisnya agar masuk semua tanpa
tersisa.
Pantatnya berputar-putar… ooogh rasasnya nikmat sekali… jarinya juga berputar-putar dan keluar masuk di lubang anus ku.
“Ndii… aagh… mau keluar… aaaaaghh…
aaaaaaagh…” hingga akhirnya kami sama2 mencapai klimaks. Rambutnya ku
remas sedangkan dia meremas pantat ku kencang sekali.
“Aaaaaaaaaaarrgghhhh…..!!!”
Tubuh kami melemas, peluh membasahi seluruh tubuh. Sesaat dia tersadar: “Nggak pa’pa aku keluarin di dalem?”, aku tertawa kecil:
“Nggak pa’pa. Beberapa hari lagi aku mens koq.” dan dia pun tersenyum.
“Kayaknya kontol ku berdiri lagi deh.”,
“Andiiii!!!!” teriak ku sambil memukulinya, dia tertawa puas krn berhasil menggoda ku.
Setelah beberapa menit istirahat dan
mengumpulkan tenaga, akhirnya kami membersihkan diri seadanya,
mengenakan kembali pakaian kami dan kembali duduk di tempat semula.
Malam itu akhirnya aku baru masuk ke
rumah sekitar pukul 3:30 pagi. Membersihkan diri sebentar di kamar mandi
dan terbaring lemas di tempat tidur ku.
“Apa yg baru ku lakukan?” pikir ku.
Aku bersetubuh dng Lukman, anaknya tante
Ve, yg umurnya 4th lebih muda dari ku. Tapi ampun, sungguh sulit utk
menolak sosok sesexy Lukman.
Tubuhnya hampir sempurna, lekukan
ototnya begitu sexy, dan bahasa tubuhnya selama dia menikmati permainan
itu pun sungguh menggairahkan. Entah apa yg akan terjadi selanjutnya.
Kemudian aku menutup mataku dan terlelap. Sungguh, itu adalah hari yg
cukup mengejutkan.
Bersambung….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar